menyediakan informasi unik,menarik tentang segala sesuatu yang ada di sekeliling kita

Kapankah Vaksinasi Untuk Anak Boleh Ditunda?

http://images.detik.com/content/2011/08/23/764/vaksin-bayi-ts-dlm.jpg Jakarta, Vaksin adalah salah satu cara untuk memastikan kondisi anak tetap sehat. Vaksin hampir selalu aman bagi kebanyakan anak. Namun beberapa vaksin bisa ditunda dulu, yang kadang justru penundaan itu bermanfaat.

Penundaan vaksin ini dibolehkan jika orangtua khawatir mengenai keamanan vaksin pada saat anak sedang pilek, sedang punya alergi atau memiliki penyakit medis lainnya.

Ada beberapa alasan kenapa harus menunda vaksin untuk anak seperti dilansir dari health, Selasa (22/8/2011).

1. Reaksi parah terhadap vaksin sebelumnya
"Salah satu alasan utama untuk menghindari vaksinasi anak adalah reaksi alergi yang parah terhadap vaksin sebelumnya," kata Robert W. Frenck, Jr, MD, profesor pediatri di Cincinnati Children Rumah Sakit Medical Center, di Ohio.

Reaksi yang muncul dapat berupa gatal-gatal, kesulitan bernapas atau penurunan tekanan darah. Reaksi serius lain seperti demam tinggi, sakit kepala dan kebingungan.

Banyak efek samping yang umum terjadi seperti kemerahan pada bekas suntikan atau demam rendah. Periksalah ke dokter untuk mengetahui gejala anak yang perlu diwaspadai terkait dengan vaksinasi yang akan diambil.

2. Alergi telur
Vaksin flu dan virus campak dibuat dari telur ayam. Namun, vaksin tersebut masih aman untuk anak, bahkan jika ia memiliki alergi telur. "Salah satu cara untuk memberikan suntikan flu bagi anak-anak yang alergi telur yaitu dengan cara pemberian vaksin dalam dosis yang perlahan-lahan meningkat oleh ahli alergi anak," kata Andrew Hertz, MD, dokter spesialis anak Rumah Sakit Bayi & Anak Universitas Rainbow di Cleveland, AS.

Komite Penasehat untuk Praktik Imunisasi di AS (The Advisory Committee on Immunization Practices) baru-baru ini merekomendasikan bahwa orang dengan alergi telur boleh mendapatkan vaksinasi flu. Rekomendasi ini didasarkan pada penelitian yang telah mencatat bahwa orang dengan alergi telur tidak mengalami reaksi apapun terhadap vaksin. Mungkin karena jumlah protein telur di dalamnya sangat kecil.

3. Demam tinggi
"Jika anak mengalami demam 38 C atau lebih tinggi, konsultasikan dengan dokter untuk menunda vaksin," saran Dr Hertz. Bukan karena suntikannya akan menyakiti anak, tapi kondisi demam dapat menyulitkan untuk mengetahui apakah ia juga memiliki reaksi negatif terhadap vaksin.

"Kita tidak akan tahu jika demamnya adalah efek samping dari vaksin," kata Dr Hertz. Hal Itu bisa membuat anak lebih berisiko terhadap vaksinasi berikutnya. Jika Anda menunda vaksinasi karena demam, ingatlah untuk menjadwal ulang kembali.

4. Asma atau penyakit paru-paru
Anak-anak dengan penyakit asma dan penyakit paru-paru lainnya harus paling dahulu mendapat vaksinasi flu setiap tahun. Flu bisa menjadi masalah besar bagi mereka yang memiliki penyakit kesulitan bernapas. Tapi hindari vaksinasi flu lewat hidung karena mengandung virus hidup yang lemah, berbeda dengan suntikan yang merupakan virus mati.

"Ini dapat menyebabkan asma," kata Dr Hertz. Anak-anak tanpa kondisi asma atau paru-paru lebih tua dari 2 tahun dan tidak memiliki alergi telur seharusnya tidak bermasalah dengan vaksin flu jenis apapun.

5. Steroid dosis tinggi
Jika anak akan menggunakan kortikosteroid dosis tinggi yang mematikan reaksi kekebalan tubuh yang terlalu aktif, hindarilah vaksin virus hidup. Di antaranya termasuk vaksin flu hidung, rotavirus, MMR (campak, gondok, rubella), varisela (cacar air), dan zoster ( herpes zoster), sampai beberapa minggu setelah berhenti menggunakan steroid.

Steroid dosis tinggi biasanya diminum untuk jangka waktu yang relatif singkat dalam pengobatan asma atau kondisi lain. Obat ini menurunkan aktivitas sel-sel kekebalan yang melawan infeksi virus. Tapi steroid dosis rendah yang dihirup tidak masalah.

6. Immunodeficiency atau kemoterapi
Anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat kemoterapi atau menerima pengobatan imunosupresif untuk penyakit autoimun seperti penyakit inflamasi usus atau rheumatoid arthritis, juga harus menghindari vaksin virus hidup.

Meskipun vaksin aman membunuh virus dan diperlukan untuk melindungi anak-anak seperti itu, suntikan mungkin tidak dapat melindungi karena hanya digunakan untuk anak-anak dengan sistem kekebalan yang kuat.

7. HIV-positif
"Secara umum, anak-anak dengan HIV/AIDS harus tetap mendapatkan vaksinasi selama sistem kekebalan tubuh mereka tidak terancam," kata Ciro Sumaya, MD, profesor kebijakan kesehatan dan manajemen di Texas A&M Health Science Center School of Rural Public Health, di College Station.

Satu-satunya pengecualian adalah vaksin flu hidup. Jika tidak, selama anak dengan HIV memiliki jumlah T-sel yang berada dalam rentang yang aman, ia boleh menerima vaksin virus hidup, termasuk MMR, varicella, dan rotavirus.

8. Anak tinggal bersama orang yang Sakit
"Vaksin hidup tertentu tidak boleh diberikan kepada anak-anak yang tinggal dengan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, baik karena kemoterapi, mengidap HIV AIDS atau minum obat imunosupresif," kata Dr Hertz.

Secara khusus, anak-anak ini dilarang mendapat vaksin flu hidung sebab berpotensi bisa menularkan penyakit. Secara teoritis, penyakit bisa disekresikan lewat sekresi hidung dan pernapasan dalam jumlah yang sangat kecil.
detikhealth.com/read/2011/08/23/165920/1709518/764/kapankah-vaksinasi-untuk-anak-boleh-ditunda?l991101755