menyediakan informasi unik,menarik tentang segala sesuatu yang ada di sekeliling kita

Wah, Sepatu Raksasa dari Kertas!


Pernahkah Anda membayangkan sehari tanpa kertas? Artinya, satu hari Anda sama sekali tak menggunakan kertas tisu, tidak melewati jalan tol yang menggunakan tiket kertas, dan tidak menggunakan uang kertas sebagai alat transaksi.

Bukan berarti Anda tidak boleh hidup tanpa kertas, hanya Anda harus lebih menghargai kertas karena di zaman serba digital seperti saat ini, usaha untuk menerapkan paperless cukup sulit.

Hal tersebut yang melatarbelakangi berdirinya Komunitas Pecinta Kertas di Jakarta. Kiswinar selaku pendiri dari komunitas ini mengungkapkan bahwa saat ini kertas merupakan material yang diproduksi secara berlebihan sehingga nilai kertas jadi kurang dihargai.

Melihat kondisi seperti itu, lelaki yang akrab disapa Kis itu mengajak teman-temannya untuk membuat satu kelompok yang peduli dengan kertas.

"Kami bukan komunitas yang tumbuh hanya karena isu global warming banyak dibahas. Kami hanya mencoba ngasih kesadaran kepada anggota komunitas untuk lebih menghargai keberadaan kertas," kata Kis saat ditemui di Urban Fest 2011, Pasar Seni Ancol, Jakarta, Sabtu (19/11/2011).

Komunitas ini mencoba memanfaatkan kertas bekas sebagai media untuk berkreasi, misalnya membuat gaun dari kertas koran bekas, membuat paper-sculpture (patung kertas), kalung dari kertas, hingga replika benda-benda.

"Untuk para anggota komunitas, kami biasanya memberikan latihan dasar selama seminggu supaya bisa memanfaatkan kertas menjadi sebuah karya seni," ungkap Kis.

Hanya, lanjut Kis, komunitas ini tidak ingin menciptakan seniman kertas, tetapi justru menciptakan kesadaran kepada orang-orang untuk menghargai kertas.

Komunitas berbasis kertas lainnya adalah Komunitas Paper Replika Indonesia yang biasa disebut Peri. Komunitas ini mewadahi anggota yang membuat paper replika.

Beberapa tahun belakangan ini, muncul satu kreasi seni tiga dimensi yang terbuat dari kertas. Pertama, kita harus membuat pola tiga dimensi dari suatu benda yang kemudian harus disusun dan ditempel dengan lem menjadi suatu bentuk tiga dimensi yang apik.  Kreasi tersebut biasa disebut paper replika, yaitu kegiatan membuat replika dari pola-pola kertas.

"Komunitas Peri ini sudah berdiri sejak tahun 2007, untuk mewadahi para desainer paper-toy, paper-model, dan paper-replika yang ada di Indonesia," kata Ardiansyah Ardan, Public Relation Peri.

Ardiansyah memberikan penjelasan mengenai perbedaan jenis seni kreatif dengan kertas ini. Paper-toy identik dengan kreasi tokoh kartun atau animasi tiga dimensi yang mudah disusun, bahkan oleh pemula. Paper-model tingkat kesulitannya di atas paper-toy karena pola yang lebih rumit dan membutuhkan ketelitian tinggi. Sementara itu, paper-replika lebih sulit karena merupakan replika dari sebuah benda nyata dengan skala yang lebih kecil, biasanya yang dibuat adalah replika kendaraan militer atau senjata.

Biasanya untuk membuat kreasi replika dari kertas dibutuhkan beberapa peralatan dasar seperti cutter, pinset, dan juga lem khusus kertas. Selain itu, tentu saja dibutuhkan pola tiga dimensi dari replika yang akan dibuat.

Komunitas ini tak hanya ada di Jabodetabek, tetapi juga di beberapa kota sudah mulai tersebar, antara lain di Makassar, Bandung, Semarang, dan Yogyakarta.

Nah, tertarik untuk melihat kreasi-kreasi dari kertas ini? Bersiaplah terkejut melihat sepatu raksasa dari kertas, gaun dari kertas koran, sampai replika alat tempur dari kertas. Anda bisa melihat kreasi-kreasi ini dalam ajang Urban Fest 2011 yang dilaksanakan di Pasar Seni Ancol, Jakarta, pada 19-20 November 2011.
Jangan sekadar melihat, tetapi cobalah aktif bertanya mengenai proses pembuatannya. Penasaran dengan cara membuatnya? Bergabung saja dengan komunitas-komunitas pencinta kertas ini.